Rabu, 24 Oktober 2012

RUU Keperawatan Siap Masuk Pleno Komisi IX DPR

Panitia Kerja (Panja) Rancangan Undang Undang Keperawatan DPR RI mengaku bahwa pembahasan Daftar Inventaris Masalah (DIM) RUU Keperawatan kini telah memasuki tehap akhir, dimana telah sekitar 94,2 persen DIM berhasil disepakati.

"Dari total 470 DIM, 443 buah DIM telah selesai dibahas, artinya sudah tercapai 94,25 persen DIM diselesaikan oleh Panja RUU Keperawatan," ujar Ketua Panja RUU Keperawatan, Nova Riyanti Yusuf, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI, di gedung Nusantara I DPR RI, Jakarta, Rabu (17/10/2012).

Adapun rincia pembahasan tersebut, lanjut Nova, sebanyak 288 buah DIM bersifat tetap, kemudian yang dihapus sebanyak 130 buah DIM dan yang masih pending untuk dilakukan pembahasan sebanyak 42 buah, serta yang belum dibahas sama sekali hanya 27 buah DIM. "Jadi ini sudah hampir selesai untuk pembahasan, jadi tidak ada lagi anggapan bahwa RUU Keperawatan ini ada yang menyulitkan," jelas Nova.

Untuk itu, lanjut Nova, pihaknya pada Senin (22/10/2012) mendatang berencana untuk mempresentasikan hasil pembahasan Panja ke rapat Pleno Komisi IX DPR RI.

"Hari Senin kita jadwalkan hasil pembahasan panja RUU Keperawatan ke Pleno Komisi IX, kita tentu meminta kesepakatan bersama agar RUU ini bisa ke Baleg (Badan Legislasi) untuk di harmonisasi dan dilnjutkan keproses berikutnya," jelas Nova.

Delam kesempatan yang sama Anggota Panja RUU Keperawatan asal Partai Golkar, Endang Agustini Syarwan Hamid, mengatakan bahwa semangat bersama agar RUU tersebut dapat terselesaikan tidak pernah hilang di benak anggota Panja mengingat pentingnya RUU tersebut.

"Tentunya agar perawat yang selama ini hanya menjadi pembantu dalam pelayanan kesehatan, kedepan memiliki tugas dan fungsi yang jelas dalam proses pelayanan kesehatan," tandas Endang.  (Heru Budhiarto)
sumber : http://www.sorotnews.com/berita/view/ruu-keperawatan-siap-masuk.3704.html#.UH6M8a6TOjs

Rabu, 10 Oktober 2012

Perawat Kembali Menjadi Kepala Puskesmas

Harapan akan perubahan dalam setiap kesempatan terus dilakukan. Jenjang karier perawat sebagai salah satu profesi yang profesional terus mendapat pengakuan , khususnya di wilayah Pemkab Tapin. Pengurus dan anggota PPNI Kab. Tapin merasa bangga dengan penghargaan tersebut. setelah sebelumnya  perawat dipercaya memimpin beberapa Puskesmas diwilayah kerja Dinkes kab. Tapn, kali ini jabatan tersebut kembali diamanahkan kepeda perawat lainnya. Diantara yang baru saja dilantik sebagai kepla Puskesmas adalah : Zainudin, S.Kep ditujuk sebagai Kepala Puskesmas Piani (sebelumnya sebagai Plt KasubBag TU Puskesmas Benua Padang), H. Mulyono, S. Kep dipecaya menduduki jabatan sebagai Kepala Puskesmas Tambarangan (sebelumnya sebagai Plt KaPus Pandahan).
Pada suksesi terdahulu perawat sudah menempati posisi sebagai KaPus di 10 Kecamatan dari 13 Kecamatan di Kab. Tapin, diantaranya :
~ Tajiddin Noor, S. Kep sebagai Ka Pus Tapin Utara (sekarang mutasi promosi sebagai staf Bidang KesGa di Dinkes Kab. tapin)
~ Hernadi, S. Kep sebagai Ka Pus Candi Laras Utara
~ Rais, AMK, SKM sebagai Ka Pus Tambaruntung
~ Isrok Antarikso, SKM, M. sebagai Ka Pus Binuang
~ Ibrahim Itsar, AMK sebagai Ka Pus Hatungun
~ H. Saidi, SKM, MM sebagai Ka Pus Banua Padang
~ H. Barno, s. kep sebagai Ka Pus Salam Babaris

Selain itu kiprah perawat juga mampu menduduki jabatan sebagai Sekretaris Camat Kecamatan CLS yang dipercayakan kepada H. Parianata, AMK, S.Sos . Semoga kedepannya peran perawat sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan diberi kesempatan dan kepercayaan memimpin dan menduduki jabatan dipemerintahan disegala sektor sesuai dengan Knowledge, Skill dan Attitude nya.
Hidup dan Maju terus Perawat Indonesia

Jumat, 05 Oktober 2012

RUU KEPERAWATAN, DI AMBANG KETIDAKPASTIAN



PPNI,  Sejak bulan lalu, Komisi IX, khususnya Panja RUU Keperawatan DPR RI yang diketuai oleh dr. Nova Riyanti, SpKJ (fraksi Demokrat) telah mengukuhkan semangat untuk dapat menuntaskan pembahasan draft yang ada dengan harapan dapat segera disepakati dan kemudian diserahkan untuk menjadi bahan pembahasan oleh perangkat selanjutnya (Baleg) ataupun ke Komisi IX.
Jadwal masa sidang disediakan sampai dengan tanggal 26 oktober 2012. Pengurus Pusat PPNI, Team Sukses RUUK, para relawan termasuk “Fraksi balkon Komisi IX” terus melakukan pemantauan persidangan terkait yang terkesan lambat perkembangannya.
Selasa siang, 2 Oktober 2012, Pengurus Pusat PPNI mendapat informasi bahwa masa sidang akan diperpendek hanya akan sampai dengan tanggal 17 Oktober 2012. Informasi ini mengundang tanda tanya bahkan keraguan, Sempatkah RUUK dituntaskan di Panja dengan waktu yang sesingkat itu? Bersediakah para anggota mengkonsentrasikan diri untuk fokus pada rencana semula? Apakah masih di catat dalam agenda kerja/ jadwal kegiatan mereka untuk melakukan pembahasan atau konsinyering RUU Keperawatan yang direncanakan akan dilakukan 1 (satu) kali sebelum 26 Oktober 2012?
Untuk menjawab semua tanda tanya, Pengurus Pusat melakukan kesepakatan untuk mengajak Pengurus Propinsi “Menagih Janji” ke Komisi IX antara tanggal 8 – 10 Oktober 2012.

PARA PENGURUS PPNI PROPINSI
TUNJUKKAN KOMITMENMU!

SEGERA BERSIAP MENUJU DPR

ATAU

PEMBAHASAN RUU KEPERAWATAN AKAN MUNDUR KE TAHUN-TAHUN BERIKUTNYA…

Red-Ketua Umum PPNI

RAPAT KERJA LANJUTAN

PPNI Kab. Tapin kembali melaksanakan Rapat kerja lanjutan pada Hari Sabtu Tanggal 6 Oktober 2012, kali ini rapat dihadiri seluruh Dewan Pengurus Kabupaten, Dewan Pembina dan Pimpinan Puskesmas Se Tapin. Acara ini juga dihaidri oleh sesepuh perawat kalsel Bapak H. Sugianor, SKM. (pernah mengabdi di Puskesmas Tapin Utara Kab. Tapin, sekretaris DINKESKAB Tapin, Pengelola pendidikan tenaga kesehatan Prov. Kalsel, Ka. TU KANDEPKES KAB.Tapin, Kepala SPK, P2B dan Direktur AKPER  DEPKES,  mantan Direktur RSUD Banjarbaru)




Minggu, 30 September 2012

RAPAT KERJA 2012

Pada Hari Senin Tanggal 1 Oktober 2012 Pengurus PPNI Kab. Tapin melaksanakan rapat kerja bertempat di Sekretariat RSUD Sanggul Rantau dengan dihadiri seluruh pengurus dan perwakilan Puskesmas yang pimpinannya dijabat oleh Perawat dengan  membahas hasil Pra Mukerprov Bulan Juli 2012 di Batulicin.
Adapun hasil keputusan adalah :
1. Biaya pengurusan STR akan dibicarakan dalam Mukerprov yang akan datang
2. Registerasi Online untuk menjadi anggota PPNI pusat dan ICN difasilitasi oleh sekretariat dengan mengajak masing-masing perawat di PKM untuk belajar entry data
3. Iuran bulanan anggota at dan PPNI Kab, Prov, Pusat dan ICN akan diperhitungkan menunggu hasil Mukerprov
4. Palaksanaan pembuatan DUPAK Perawat akan terus dievalusi dan akan bekerjasama dengan Dinkeskab Tapin
5. Evaluasi kegiatan organisasi dan rencana kegiatan yang akan datang

Rabu, 25 Juli 2012

Pahami moratorium dengan komprehensif

Jakarta-Humas, Moratorium (penundaan penerimaan) CPNS perlu dipahami secara komprehensif. Moratorium bukan berarti tidak ada sama sekali penerimaan pegawai. Melalui persyaratan yang ketat, tetap dimungkinkan penerimaan kebutuhan tenaga tertentu yang merupakan pengecualian dalam moratorium, misalnya tenaga pendidik, tenaga kesehatan, tenaga khusus yang sangat mendesak bahkan termasuk pengangkatan honorer . Disamping itu, yang perlu diperhatikan juga adalah anggaran belanja pegawai tidak boleh lebih dari 50% dari APBD.  Informasi ini disampaikan Kepala Bagian (Kabag) Humas Tumpak Hutabarat saat beraudiensi dengan Komisi D DPRD Kabupaten Padang Pariaman di Ruang Rapat lantai 1 gedung I BKN Pusat Jakarta, Rabu (25/7). Ikut hadir dalam audiensi ini Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pengendalian Kepegawaian (Dalpeg) II.B Carnadi dan Kasubdit Perancang Perundang-undangan I Haryomo Dwi Putranto. Tema yang dibahas dalam audiensi ini antara lain adalah moratorium CPNS dan tenaga honorer kategori II (k 2).

Kabag Humas Tumpak Hutabarat (kedua dari kanan) menjelaskan permasalahan kepegawaian didampingi Kasubdit Perancang Perundang-undangan I Haryomo Dwi Putranto (paling kanan), Kasubdit Dalpeg II.B Carnadi (paling kiri), dan Ketua Komisi I DPRD Padang Pariaman Herry Syahnil
Tumpak Hutabarat lebih lanjut menegaskan bahwa semangat moratorium adalah untuk menata dan menghitung jumlah kebutuhan PNS masing-masing instansi. “Jika tidak ada moratorium, sebagian daerah akan bangkrut, karena APBD-nya terlalu banyak dikeluarkan untuk pembayaran gaji pegawai,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Haryomo Dwi Putranto menyampaikan bahwa moratorium PNS berdasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan yang berlaku hingga Desember 2012.  Selain itu, daerah yang mempunyai peluang tersebut juga harus melengkapi beberapa persyaratan diantaranya melakukan perhitungan kebutuhan pegawai, analisis jabatan serta analisis beban kerja sesuai dengan Permenpan-RB No. 26 Tahun 2011 tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan PNS Yang Tepat Untuk Daerah, yang apabila daerah yang bersangkutan tidak melakukannya maka tidak akan diberikan formasi.

Tengah berjalan, Audiensi DPRD Padang Pariaman dengan BKN
Terkait permasalahan tenaga honorer, Carnadi menjelaskan bahwa instansi pemerintah  di pusat dan daerah harus melakukan pendataan tenaga honorer K II di unit kerjanya serta melaporkannya ke BKN. Selain itu pengangkatannya menjadi CPNS dilakukan melalui tes  sesama tenaga honorer K II, dan  berdasarkan kebutuhan pegawai di instansi yang ada, dengan tetap mempertimbangkan aspek keuangan negara. Jadi, tidak semua honorer K II diangkat menjadi CPNS. (aman-tawur)
sumber info

Belum ada UU Keperawatan, Posisi perawat selalu "terjepit"


Sekjen Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadillah SKP SH MH Kes mengatakan, tugas perawat kesehatan yang notabene sebagai tangan panjang dokter sering berada pada posisi yang terjepit. Jika terjadi kesalahan atau malpraktek, maka lebih sering ditimpakan pada perawat, karena memang batasan-batasan jelas aturan keperawatan belum ada.



Hal itu diungkapkan Harif Fadhillah ketika menjadi pembicara pada  seminar nasional tentang aspek legal registrasi perawat sebagai perlindungan hukum dalam praktik keperawatan, di Auditorium RSUD Saras Husada Purworejo, beberapa waktu lalu. Hadir dalam seminar tersebut Ketua PPNI Provinsi Jawa Tengah dan Ketua PPNI Yogyakarta, Ketua PPNI Kabupaten Purworejo, serta dari Kejaksaaan Negeri dan Polres sebagai narasumber. Menurutnya, Undang-Undang (UU) Keperawatan sangat penting untuk segera dibahas dan disahkan, guna menghindari ketidakjelasan. “Bulan Juli ini Rancangan UU Keperawatan sudah masuk ke DPR, dan akan dibahas pada pertengahan bulan. Kita sebagai PPNI untuk bisa dan terus mengawal RUU keperawatan tersebut hingga sampai final untuk disahkan,”katanya.

Minggu, 08 Juli 2012

Deklarasi PPNI

Berikut adalah deklarasi dan komitmen bersama seluruh pengurus PPNI :

Pastikan Anda Terdaftar Sebagai Anggota PPNI dengan Benar

Mulai 4 Juni 2012, PPNI Pusat akan merilis data anggota PPNI yang telah terdaftar secara benar, Yaitu:
1. Telah membayar iuran dan iuran telah dibayarkan serta didistribusikan ke PPNI Kab/Kota, PPNI Propinsi dan PPNI Pusat
2. Besaran iuran didistribusikan sesuai dengan AD/ART Tahun 2010
3. Telah mendapatkan No keanggotaannya yang dikeluarkan oleh PPNI Pusat.
Dibawah ini kami tampilkan design Kartu Anggota (KTA) sesuai dengan hasil Rakernas PPNI 27-29 April 2012
ATURAN DAN DESIGN KTA PPNI

Ketentuan Disain dan Bentuk KTA
1.Berbahan dasar Mika dengan warna dasar merah marun
2.Ukuran KTA:  P= 8,7 Cm, L= 5,5 Cm, ujung-ujung persegi tumpul
3.Tampak depan warna dasar Merah marun ada variasi garis-garis:
- Terdapat logo PPNI, Nama, alamat rumah, propinsi dan kabupaten,
- Foto pemegang KTA (Bagraound foto biru),
- BAR Code disisi kanan(Bar code nomor anggota + angka 0),
4.Tampak Belakang warna dasar merah marun variasi garis-garis bagraound logo PPNI:
- Lima (5) butir Ketentuan pemegang KTA,
- Tanda tangan Ketua Kab/Kota (sisi kiri), dan tanda tangan pemegang KTA (sisi Kanan)
5.Tulisan tampak depan berwarna putih, tulisan tampak belakang berwarna putih
6.Nomor KTA diberikan dan dikeluarkan oleh PPNI Pusat dengan usulan kabupaten/Kota.
7.Pencetakan KTA dapat dilakukan di Kab/Kota mengikuti standar KTA yg ditetapkan Pusat, bila ada Kab/Kota mencetak KTA ke Pusat secara tehnis akan dibicarakan lebih lanjut
informasi detail mengenai keanggotaan dan design KTA, silahkan hubungi :
Bidang Organisasi PPNI : Sunardi di No 0811154895

Perawat di Australia

Ilmu Keperawatan adalah impian masa kanak-kanak bagi banyak orang. Bila Anda memutuskan untuk menjadikannya sebuah karir, dalam pekerjaan nantinya Anda akan menghadapi orang dalam masa paling sulit ataupun paling menyenangkan dalam hidup mereka. Tak diragukan lagi, keperawatan adalah karir yang memuaskan sekaligus fleksibel.
Terdapat dua jenis perawat di Australia:
  • perawat terdaftar (Divisi 1), yang memberikan ragam perawatan yang penuh kepada pasien, termasuk pemberian obat-obatan; dan
  • perawat dinas (Divisi 2), yang memberikan ragam perawatan yang terbatas di bawah pengawasan perawat terdaftar.
Untuk menjadi perawat terdaftar di Australia, Anda harus menyelesaikan gelar sarjana dalam ilmu perawatan atau kebidanan (bila Anda ingin berspesialisasi sebagai bidan). Anda akan menemukan program studi di semua kota-kota besar di seluruh negara ini, jadi Anda akan memiliki berbagai lokasi, gaya hidup dan iklim yang dapat dipilih.
Gelar ini menekankan pada praktik klinis. Pada tahun pertama, Anda akan memulai dengan studi dasar dalam ilmu manusia dan praktik perawatan. Tahun kedua Anda akan meliputi lebih banyak pelatihan praktik, dan tahun ketiga Anda kebanyakan akan dihabiskan dalam pekerjaan.
Untuk menjadi perawat dinas, Anda harus menyelesaikan sertifikat IV atau kualifikasi diploma di lembaga Vocational Education and Training (VET/Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan). Anda akan belajar penuh selama dua tahun, termasuk penempatan kerja.

Rabu, 09 Mei 2012

Hasil Rakernas PPNI 2012 di Banten

 
INSTRUKSI KEGIATAN INTERNATIONAL NURSE DAY

Jakarta, 8 Mei 2012
Nomor: 165/PP.PPNI/K/V/2012
Lamp : -
Perihal : Instruksi kegiatan IND
Kepada Yth.
Pengurus PPNI Propinsi
Di Seluruh Indonesia
Dalam rangka memperingati Hari Perawat Sedunia tanggal 12 Mei 2012 dan melaksanakan salah satu butir dalam deklarasi Rapat Kerja Nasional II Persatuan Perawat Nasional Indonesia di Banten, Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menginstruksikan kepada Pengurus Propinsi PPNI agar:
1. Pengurus Propinsi PPNI dan Pengurus Ikatan/Himpunan Tingkat Propinsi melaksanakan :
a. Audensi kepada DPRD Propinsi dan Gubernur untuk meminta dukungan pengesahan Undang-Undang Keperawatan
b. Audensi dengan Pimpinan Partai untuk mendapatkan dukungan pengesahan Undang-Undang Keperawatan
c. Menyelenggarakan aksi damai/bhakti sosial bersama Pengurus Kabupaten/Kota berupa:
• Membagikan bunga dengan tulisan dukungan terhadap Undang-Undang Keperawatan kepada masyarakat di tempat-tempat strategis
• Pemeriksaan kesehatan gratis pada kelompok khusus (misal: kelompok buruh pabrik, anak jalanan, pekerja tambang tradisional, dll)
• Mengumpulkan tanda tangan dukungan terhadap Undang-Undang Keperawatan
• Penyuluhan kesehatan kepada kelompok khusus (remaja SMA/SMP, dan kelompok remaja masjid)
• Memasang spanduk di setiap Komisariat dengan tulisan “Perawat Rumah Sakit ........ siap mendukung disahkannya Undang-Undang Keperawatan”
2. Melaksanakan publikasi semua kegiatan yang dilaksanakan melalui media massa
3. Pengurus Propinsi melaporkan kegiatan tersebut kepada Pengurus Pusat paling lambat pada tanggal 20 Mei 2012 dan sedapat mungkin disertai dengan foto-foto kegiatan.
4. Membentuk Tim Satgas RUU tingkat Propinsi dan segera dilaporkan ke Pengurus Pusat.

Berbagai kegiatan yang bersifat nasional diatas sangat penting demi mendukung percepatan proses disyahkannya Undang Undang Keperawatan (UUK) yang sedang diperjuangkan PPNI.

Atas perhatian, kerjasama dan terlaksananya instruksi ini, kami sampaikan terimakasih.
Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Ketua Umum,
Ttd

Dewi Irawaty, MA, PhD
Tembusan Yth.
1. Ketua PPNI Kab/Kota di seluruh Indonesia
2. Pertinggal

Penerimaan Mahasiswa Baru D4 tahun 2012

Penerimaan mahasiswa baru PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESI REANIMASI
, PRODI D-IV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (PERIOPERATIF) dan PRODI D-IV KEPERAWATAN ANAK TAHUN AKADEMIK 2012/2013 POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA. Leaflet dapat diunduh melalui link sebagai berikut:

1. Prodi DIV KAR (https://www.dropbox.com/s/9fnvv9rrj1o8zpi/D4%20KAR%20April%202012.pdf
)

2. Prodi DIV KAnak (https://www.dropbox.com/s/xz1zkz2gce0lak5/D4%20Keperawatan%20Anak%20April%202012.pdf
)

3. Prodi DIV KMB (https://www.dropbox.com/s/dpv1x6oh08dccay/D4%20Medikal%20Bedah%20April%202012.pdf
)

Keterangan Formulir :
1. Pendaftaran Sipenmaru Prodi D-IV Keperawatan ini dilaksanakan secara OFF LINE. Berkas pendaftaran dikirimkan ke Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jl. Tatabumi No.3, Banyuraden, Gamping, Sleman, DI Yogyakarta
2. Untuk pendaftaran Prodi D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi ada 2 kelas:
a. KELAS PUSTANSERDIKJUT (dana TUGAS BELAJAR) pendaftaran melalui Dinas Kesehatan masing-masing dan akan diseleksi oleh Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI
b. KELAS MANDIRI pendaftaran melalui Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3. Informasi selengkapnya & Formulir pendaftaran silahkan klik dan download:

a. Utk mendaftar D-IV Keperawatan Anestesi Reanimasi (http://www.scribd.com/doc/92210579/Informasi-Sipenmaru-Div-Anestesi-Mandiri

b. Utk mendaftar D-IV Keperawatan Medikal Bedah (http://www.scribd.com/doc/92210327/Info-Sipenmaru-D-IV-Medikal-Bedah
)

Hal-hal yg kurang jelas, dpt ditanyakan ke Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, No. Telp (0274) 617885

Sabtu, 17 Maret 2012

HUT ke 38 PPNI

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tepat pada tgl 17 Maret 2012 akan berulang tahun yang ke 38, pada HUT saat ini dengan TEMA
" Undang-undang keperawatan menjamin pelayanan keperawatan yang aman untuk masyarakat"
Untuk semua PPNI propinsi dihimbau untuk melakukan kegiatan bhati sosial secara serentak dan menyeluruh. bhakti sosial sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat perawat yang dapat lansgung dirasakan oleh Masyarakat Indonesia sehingga dapat memberikan sumbangsih terhadap terwujudnya masyarakat sehat di Indonesia.
DIRGAHAYU PPNI DIRGAHAYU PERAWAT INDONESIA

Senin, 12 Maret 2012

TORTICOLIS


Kata Tortikolis berasal dari bahasa Latin , torta ( twisted = terputar ) dan collum ( leher ). Tortikolis menggambarkan posisi abnormal leher. Gangguan tortikolis yang paling sering ditemukan adalah Congenital Muscular Torticolis yaitu kondisi keterbatasan gerakan leher kongenital atau bawaan sejak lahir, dimana anak akan menahan atau memposisikan kepala pada satu sisi dengan dagu mengarah pada sisi yang berlawanan.

Apakah penyebab Tortikolis ?:
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Ada berbagai faktor yang dianggap sebagai penyebab diantaranya trauma lahir, malposisi in-utero, infeksi, iskemia jaringan, abnormalitas vertebra seperti rotary subluxation of the atlanto-axial joints atau hemivertebra, problem imbalance of extraocular muscles ( Ocular Torticollis ) serta ketidakseimbangan neurologis ( Benign Paroxysmal Torticollis ). Davids, Wenger dan Mubarak ( 1993 ) melalui penilaian anatomis, pemeriksaan klinis dan MRI menyatakan bahwa tortikolis merupakan gejala sisa dari uterine or perinatal compartment syndrome.

Otot sternocleidomastoid memendek karena berubah menjadi jaringan ikat akibat gangguan vaskularisasi atau karena posisi kepala saat intrauterin Ho BCS, Lee EH, Singh K (1999) yang meneliti 91 pasien tortikolis menemukan trauma lahir yang menyebabkan tortikolis adalah persalinan letak vertex dan sisi lesi tergantung letak bahu pada saat persalinan.

Trauma saat persalinan dapat menyebabkan perdarahan pada otot leher terutama otot sternocleidomastoid.. Weiner DS ( 1976 ) melaporkan 0.6% - 20% dari tortikolis mengalami juga hip dysplasia.

 Apakah gejalanya ?:
Pada bayi baru lahir, massa yang firm, non-tender didapatkan pada bagian tengah otot sternocleidomastoid. Kondisi ini tidak menyebabkan sakit tapi orangtua akan cemas karena leher terangkat dan terpaku pada satu sisi atau arah.

Kadangkala didapatkan massa lain yang dapat dilihat atau dirasakan pada otot ini yang merupakan hematoma yang sedang dalam proses membentuk jaringan ikat. Massa ini dapat sembuh total pada usia 3 bulan.



Jika tidak terkoreksi sebelum usia 1 tahun massa ini dapat berganti menjadi jaringan ikat sehingga otot semakin memendek , keterbatasan gerakan leher permanen. Kondisi ini mengakibatkan posisi kepala selalu miring ke satu sisi, dan jika dibiarkan anak bertumbuh dengan kondisi ini akan menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang tengkorak dan wajah, kepala dan wajah menjadi asimetris, datar pada sisi otot yang memendek dan mengakibatkan kelainan yang disebut plagiocephaly, kepala dan wajah menjadi miring pada satu sisi.

Datar pada satu sisi dan menonjol pada sisi lainnya. Artinya bila lebih dari usia 1 tahun hal ini tidak terkoreksi maka wajah yang tidak asimetris akan menetap.

Sisi kanan terlibat pada 75% kasus artinya anak menahan posisi kepala terangkat ke kanan, sedangkan wajah dan dagu berotasi ke kiri ( MacDonald D, 1969).

Bagaimana mengobati Tortikolis ?:
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan radiologis untuk menyingkirkan kemungkinan adanya masalah pada daerah leher dan panggul, dokter akan dapat menentukan penyebab dari tortikolis. Pada awalnya terapi utama yang dilakukan adalah latihan peregangan secara halus dan lembut pada otot yang mengalami pemendekan 15-20 kali, 4-6 kali per-hari.

Pada tortikolis kanan, kepala terangkat ke kanan, wajah terputar ke kiri. Peregangan dilakukan dengan mengangkat wajah ke kiri ( telinga kiri mendekati bahu dan putar wajah ke kanan – dagu ke arah bahu kanan ).

Pada tortikolis kiri, kepala terangkat ke kiri dan wajah terputar ke kanan. Stretching dilakukan dengan dengan mengangkat kepala ke kanan ( telinga kanan mendekati bahu dan putar wajah ke kiri – dagu ke arah bahu kiri ).

Dibutuhkan bantuan orang lain untuk stabilisasi bahu saat melakukan peregangan. Latihan harus konsisten dan dilakukan sampai usia 1 tahun
Sumber info

Senin, 05 Maret 2012

Aturan dasar… Sikap positif tumbuh dari Pola pikir yang positif


Mengapa sikap positif penting?
  • Dapat mempengaruhi kondisi pribadi seseorang --> self confidence
  • Dapat mempengaruhi kondisi lawan bicara
  • Dapat mempengaruhi lingkungan
  • “Law of attraction”
  • Sebagai media pelayanan --> pencitraan diri dan perusahaan

Apa itu sikap positif?


  • definisi versi American Heritage Dictionary, yakni: "Cara berpikir atau merasakan dalam kaitannya dengan sejumlah persoalan"
    Dengan kata lain sikap adalah apa yang terjadi dalam diri seseorang, pikiran - pikiran dan perasaan - perasaan; tentang diri sendiri, orang lain, keadaan dan kehidupan secara umum.
  • Pikiran positif dan perasaan positif itu biasanya bermanifestasi dalam bentuk optimisme yang tinggi, pantang menyerah, percaya diri, mudah bersyukur, sabar, menghargai orang lain, menghargai perbedaan, mudah berteman, mengambil tanggung jawab atas dirinya sendiri atau pantang menyalahkan orang lain dan keadaan.

  • Cerita inspiratif Motivasi Diri Perawat
    • Salah satu contoh dari sikap positif diceritakan ulang oleh Zig Ziglar dalam bukunya berjudul "Better than Good"; Majalah Rotarian yang terbit pada bulan Maret 1988 mengisahkan tentang suatu organisasi alam liar yang menawarkan imbalan sebesar lima ribu dollar untuk setiap serigala yang tertangkap hidup-hidup untuk tujuan relokasi. Sam dan Jed menerima tantangan itu dan menjadi pemburu hadiah. Yang terutama merasa yakin adalah Sam; ia yakin dengan pengetahuannya dan Jed yakin tentang habitat serigala, mereka bisa meraih keberuntungan.

      Mereka menghabiskan waktu siang-malam menjelajahi wilayahnya, mencari-cari gerombolan serigala untuk dijadikan sasaran, tetapi tidak sedikit pun melihat sesuatu. Setelah lelah berhari-hari melakukan pencarian, mereka jatuh tertidur jauh di tengah malam, di sekitar api unggun mereka. Sesuatu menyebabkan Sam terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Sambil bersandar pada satu siku, ia mendapati dirinya dan Jed dikelilingi oleh kira-kira lima puluh serigala yang menggeram-geram dengan mata yang berkilat-kilat dan gigi-gigi yang diperlihatkan. Ia menyodok Jed dengan tongkat dan berbisik, "Jed! Bangun! Kita kaya!"
    Renungan…..
    • Bagaimana dengan Anda, apakah saat ini Anda sedang menghadapi serigala buas dalam pekerjaan, usaha atau keluarga? Semua kita memiliki pengalaman seperti Sam dan Jed. Serigala kita bisa saja datang dalam wujud tuntutan kerja yang semakin meningkat, atasan yang susah dipuaskan, pelanggan yang menyebalkan, atau kompetisi yang semakin menggila.

Bagaimana caranya Membangun pikiran positif?


  1. Langkah 1. Kuasai Pikiran Anda dengan penuh keyakinan
    • Kita memiliki kekuasaan untuk mengarahkan semangat, emosi, naluri, kecendrungan, perasaan, suasana hati, sikap dan perilaku anda menuju sebuah hasil akhir.
    • Untuk menangkis segala hal negatif, afirmasikan selalu seperti ini :
      ”Pikiran saya adalah milik saya, saya akan mengendalikannya!”
  2. Langkah 2. Tetapkan yang diinginkan dan yang tidak!
    • Kita harus belajar mendisiplinkan pikiran kita dan memvisualisasikan hal-hal yang anda inginkan. Jangan biarkan lingkungan atau orang lain mendiktekan bayangan negatif pada kita.
  3. Langkah 3. Terapkan Hukum Utama
    • Perlakukan orang lain seperti anda ingin diperlakukan. Sebaliknya jangan memperlakukan orang lain dengan buruk jika kita tidak ingin diperlakukan demikian.
  4. Langkah 4. Singkirkan semua pikiran negative
    • Cukup tanyakan pada diri kita,”apakah ini positif atau negatif?”. Ketika kita gagal menguasai pikiran kita, maka reaksi kita cenderung akan negatif.
      Semakin sering kita berlatih menggunakan sikap mental positif, semakin cepat kita menyadari munculnya pikiran negatif.
  5. Langkah 5. Berbahagialah!!
    • Supaya kita merasa bahagia, bertingkahlah seperti orang bahagia! Agar bersemangat, kita harus bertindak dengan penuh semangat
  6. Langkah 6. Bentuklah kebiasaan bertoleransi
    • Berpikirlah terbuka terhadap orang lain. Cobalah untuk menyukai dan menerima orang lain apa adanya dan bukan menuntut atau berharap mereka bisa seperti yang kita harapkan.
  7. Langkah 7. Berikan sugesti positif pada diri sendiri
    • upayakan agar apa yang masuk dalam kelima indera anda adalah sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kebahagiaan. Ambillah hal-hal yang indah saja.
  8. Langkah 8. Gunakan Kekuatan Doa
    • Ketika anda berdoa, percayalah pada apa yang anda minta. Dalam setiap badai, jiwa anda akan mendapat perlindungan dari sebuah doa.
  9. Langkah 9. Tetapkan tujuan
    • Menetapkan tujuan adalah satu cara untuk menjaga pikiran kita tetap berada pada hal yang kita inginkan, dan menjauhi hal-hal yang tidak kita inginkan.
      Tuliskan tujuan anda dalam selembar kertas. Visualisasikan diri anda sendiri sedang meraih tujuan ini. Buatlah perencanaan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, kemudian ubahlah rencana tersebut menjadi sebuah tindakan.

Tetap produktif dan termotivasi?


  1. Pecahlah tugas menjadi bagian kecil
    • Skala prioritas
    • Konsentrasi pada tugas yang dilaksanakan
    • Berikan penghargaan pada diri untuk sebuah keberhasilan
    • Segera beralih ke tugas berikutnya
  2. Efek bola salju
    • Mengerjakan pekerjaan yang menyenangkan
    • Meningkatkan kepercayaan diri
  3. Hindari mengerjakan tugas banyak sekaligus!!
    • Fokuslah pada apa yang sudah ada di depan mata anda. Selesaikan tugas anda satu per satu. Saya jamin anda akan lebih produktif, tingkat motivasi anda akan terus meningkat (seperti telah saya sampaikan pada point 1 dan 2), serta anda akan menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat.
  4. Beristirahat dan bersenang-senang
    • Lakukanlah hal-hal yang menyenangkan, seperti menonton bioskop, pergi ke restoran favorit, chatting, atau berkumpul bersama dengan sahabat-sahabat anda.
  5. Istirahat sejenak
    • Beristirahat lagi? Ya, namun kali ini adalah istirahat sejenak. Setelah anda bekerja selama 40-45 menit, ambillah break ringan selama 3-5 menit. Disarankan anda sedikit menjauh dari area kerja anda.

Akut Miokard Infark

PENGERTIAN


Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)

Infark miocard acut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999)

Anatomi Jantung

2. ETIOLOGI (kasuari, 2002)


Faktor penyebab :
  1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
    1. Faktor pembuluh darah :
      1. Aterosklerosis.
      2. Spasme
      3. Arteritis
    2. Faktor sirkulasi :
      1. Hipotensi
      2. Stenosos aurta
      3. insufisiensi
    3. Faktor darah :
      1. Anemia
      2. Hipoksemia
      3. polisitemia
  2. Curah jantung yang meningkat :
    1. Aktifitas berlebihan
    2. Emosi
    3. Makan terlalu banyak
    4. Hypertiroidisme
  3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
    1. Kerusakan miocard
    2. Hypertropimiocard
    3. Hypertensi diastolic

Faktor predisposisi :
  1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
    1. Usia lebih dari 40 tahun
    2. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
    3. Hereditas
    4. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
  2. Faktor resiko yang dapat diubah :
    1. Mayor :
      1. hiperlipidemia
      2. hipertensi
      3. Merokok
      4. Diabetes
      5. Obesitas
      6. Diet tinggi lemak jenuh, kalori
    2. Minor:
      1. Inaktifitas fisik
      2. Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
      3. Stress psikologis berlebihan.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala infark miocard (TRIAS) adalah :
  1. Nyeri
    1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
    2. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
    3. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
    4. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
    5. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
    6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
    7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
  2. Laborat
    Pemeriksaan Enzim jantung :
    1. CPK-MB/CPK
      Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4 - 6 jam, memuncak dalam 12 - 24 jam, kembali normal dalam 36 - 48 jam.
    2. LDH/HBDH
      Meningkat dalam 12 - 24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
    3. AST/SGOT
      Meningkat (kurang nyata/khusus) terjadi dalam 6 - 12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
  3. EKG
    Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
  1. = tidak mengalami nyeri
  2. = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
  3. = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktifitas, mislnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.

4. PATHWAY


Download Pathway AMI

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG


  1. EKG
    Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
  2. Enzim Jantung.
    CPKMB, LDH, AST
  3. Elektrolit.
    Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
  4. Sel darah putih
    Leukosit (10.000 - 20.000) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
  5. Kecepatan sedimentasi
    Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI, menunjukkan inflamasi.
  6. Kimia
    Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ acut atau kronis
  7. GDA
    Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru acut atau kronis.
  8. Kolesterol atau Trigliserida serum
    Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
  9. Foto dada
    Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
  10. Ekokardiogram
    Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
  11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
    Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
    Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
  12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
    Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
  13. Angiografi koroner
    Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
  14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
    Teknik yang digunakan untuk menggambarkan pembuluh darah yang mengarah ke atau dari jantung
  15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
    Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan bekuan darah.
  16. Tes stress olah raga
    Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.

6. PENATALAKSANAAN


Penatalaksanaan pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut Miocard Infark) adalah antara lain:
  1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
  2. Tirah baring, posisi semi fowler.
  3. Monitor EKG
  4. Infus D5% 10 - 12 tetes/ menit
  5. Oksigen 2 - 4 lt/menit
  6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 - 50 mg
  7. Obat sedatif : diazepam 2 - 5 mg
  8. Bowel care : laksadin
  9. Antikoagulan : heparin tiap 4 - 6 jam /infus
  10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
  11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

7. PENGKAJIAN PRIMER


Pengkajian Primer yang perlu dilakukan pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut Miocard Infark) antara lain:
  1. Airways
    1. Sumbatan atau penumpukan secret
    2. Wheezing atau krekles
  2. Breathing
    1. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
    2. Respirasi lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
    3. Ronchi, krekles
    4. Ekspansi dada tidak penuh
    5. Penggunaan otot bantu nafas
  3. Circulation
    1. Nadi lemah , tidak teratur
    2. Takikardi
    3. Tekanan Darah meningkat / menurun
    4. Edema
    5. Gelisah
    6. Akral dingin
    7. Kulit pucat, sianosis
    8. Output urine menurun

8. PENGKAJIAN SEKUNDER.


Sedangkan pengkajian sekunder pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut Miocard Infark):
  1. Aktifitas
    1. Gejala :
      1. Kelemahan
      2. Kelelahan
      3. Tidak dapat tidur
      4. Pola hidup menetap
      5. Jadwal olah raga tidak teratur
    2. Tanda :
      1. Takikardi
      2. Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
  2. Sirkulasi
    1. Gejala :
      1. Riwayat IMA sebelumnya
      2. Penyakit arteri koroner
      3. Masalah tekanan darah
      4. Miabetes mellitus.
    2. Tanda :
      1. Tekanan darah: Dapat normal / naik / turun
        Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
      2. Nadi : Dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
      3. Bunyi jantung : Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
      4. Murmur : Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
      5. Friksi ; dicurigai Perikarditis
      6. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
      7. Edema : Distensi vena juguler, edema dependent, perifer, edema umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
      8. Warna : Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukossa atau bibir
  3. Integritas ego
    1. Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi tacut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan, kerja, keluarga
    2. Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri
  4. Eliminasi
    1. Tanda : normal, bunyi usus menurun.
  5. Makanan atau cairan
    1. Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
    2. Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
  6. Hygiene
    1. Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
  7. Neurosensori
    1. Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
    2. Tanda : perubahan mental, kelemahan
  8. Nyeri atau ketidaknyamanan
    1. Gejala :
      1. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
      2. Lokasi : Tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
      3. Kualitas : "Crushing ", menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat .
      4. Intensitas : Biasanya 10 (pada skala 1 - 10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
      5. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus, hipertensi, lansia
  9. Pernafasan:
    1. Gejala :
      1. Dispnea tanpa atau dengan kerja
      2. Dispnea nocturnal
      3. Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
      4. Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
    2. Tanda :
      1. Peningkatan frekuensi pernafasan
      2. Nafas sesak / kuat
      3. Pucat, sianosis
      4. Bunyi nafas (bersih, krekles, mengi), sputum
  10. Interkasi sosial
    1. Gejala :
      1. Stress
      2. Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
    2. Tanda :
      1. Kesulitan istirahat dengan tenang
      2. Respon terlalu emosi (marah terus-menerus, tacut)
      3. Menarik diri

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan yang mungkin muncul pada Askep Jantung AMI / IMA (Acut Miocard Infark) antara lain sebagai berikut:
  1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
    1. Ditandai dengan :
      1. Nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
      2. Wajah meringis
      3. Gelisah
      4. Delirium
      5. Perubahan nadi, tekanan darah.
    2. Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama ......di RS
    3. Kriteria Hasil:
      1. Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
      2. Ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
      3. Tidak gelisah
      4. Nadi 60 - 100 x / menit
      5. Tekanan Darah 120/80 mmHg
    4. Intervensi :
      1. Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada tersebut.
      2. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan istirahat.
      3. Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
      4. Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya (2 - 4 lt/menit)
      5. Monitor tanda-tanda vital (Nadi & tekanan darah) tiap dua jam.
      6. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
  2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miocard
    1. Tujuan : Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x 24 jam di RS
    2. Kriteria Hasil :
      1. Tidak ada edema
      2. Tidak ada disritmia
      3. Haluaran urin normal
      4. Tanda Tanda Vital dalam batas normal
    3. Intervensi :
      1. Pertahankan tirah baring selama fase acut
      2. Kaji dan laporkan adanya tanda - tanda penurunan COP, Tekanan Darah
      3. Monitor haluaran urin
      4. Kaji dan pantau Tanda-tanda Vital tiap jam
      5. Kaji dan pantau EKG tiap hari
      6. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
      7. Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
      8. Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
      9. Berikan makanan sesuai diitnya
      10. Hindari valsava manuver, mengejan (gunakan laxan)
  3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
    1. Ditandai dengan :
      1. Daerah perifer dingin
      2. EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
      3. Respirasi lebih dari 24 x/ menit
      4. Kapiler refill Lebih dari 3 detik
      5. Nyeri dada
      6. Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru (tidak selalu)
      7. Tekanan Darah > 120/80 mmHg, Analisa Gas Darah dengan : pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
      8. Nadi lebih dari 100 x/ menit
      9. Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
    2. Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS.
    3. Kriteria Hasil:
      1. Daerah perifer hangat
      2. Tidak sianosis
      3. Gambaran EKG tidak menunjukan perluasan infark
      4. Respirasi 16 - 24 x/ menit
      5. Tidak terdapat clubbing finger
      6. Kapiler refill 3 - 5 detik
      7. Nadi 60 - 100x / menit
      8. Tekanan Darah 120/80 mmHg
    4. Intervensi :
      1. Monitor Frekuensi dan irama jantung
      2. Observasi perubahan status mental
      3. Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
      4. Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
      5. Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
      6. Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit , GDA (Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2). Dan Pemberian oksigen
  4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
    1. Tujuan : Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
    2. Kriteria Hasil :
      1. Tekanan darah dalam batas normal
      2. Tidak ada distensi vena perifer / vena dan edema dependen
      3. Paru bersih
      4. Berat badan ideal (BB ideal TB -100 ± 10 %)
    3. Intervensi :
      1. Ukur masukan / haluaran, catat penurunan, pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung keseimbangan cairan
      2. Observasi adanya oedema dependen
      3. Timbang Berat Badan tiap hari
      4. Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
      5. Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuretik.
  5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler (atelektasis, kolaps jalan nafas / alveolar, edema paru/efusi, sekresi berlebihan / perdarahan aktif)
    1. Ditandai dengan :
      1. Dispnea berat
      2. Gelisah
      3. Sianosis
      4. Perubahan GDA
      5. Hipoksemia
    2. Tujuan : Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg) setelah dilakukan tindakan keperawtan selama di RS.
    3. Kriteria hasil :
      1. Tidak sesak nafas
      2. Tidak gelisah
      3. GDA dalam batas Normal (pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg )
    4. Intervensi :
      1. Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu pernafasan
      2. Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
      3. Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
      4. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
      5. Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan / kelelahan selama kerja atau tanda vital berubah.
  6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik / nekrotik jaringan miocard
    1. Ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas, terjadinya disritmia, kelemahan umum
    2. Tujuan : Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama di RS
    3. Kriteria Hasil :
      1. klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
      2. Frekuensi jantung 60 - 100 x/ menit
      3. Tekanan Darah 120 - 80 mmHg
    4. Intervensi :
      1. Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan Tekanan Darah selama dan sesudah aktifitas
      2. Tingkatkan istirahat (di tempat tidur)
      3. Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak berat.
      4. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bangun dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah mkan.
      5. Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.
  7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
    1. Tujuan : cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di RS
    2. Kriteria Hasil :
      1. Klien tampak rileks
      2. Klien dapat beristirahat
      3. TTV dalam batas normal
    3. Intervensi :
      1. Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
      2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
      3. Ajarkan tehnik relaksasi
      4. Minimalkan rangsang yang membuat stress
      5. Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
      6. Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan suasana tenang
      7. Berikan support mental
      8. Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
  8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang, kebutuhan perubahan pola hidup
    1. Ditandai dengan pernyataan masalah, kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
    2. Tujuan : Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi pendidikan kesehatan selama di RS
    3. Kriteria Hasil :
      1. Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung, rencana pengobatan, tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan
      2. Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
    4. Intervensi :
      1. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
      2. Beri penjelasan factor resiko, diet (Rendah lemak dan rendah garam) dan aktifitas yang berlebihan,
      3. Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
      4. Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual.

DAFTAR PUSTAKA


  1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
  2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
  3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
  4. Long, B.C. Essential of medical - surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
  5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth's textbook of medical - surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
  6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
  7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
  8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
  9. Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
  10. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
  11. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
  12. Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002

Senin, 13 Februari 2012

Rumus-rumus yang biasa digunakan dalam proses keperawatan

1. Rumus Tetesan Cairan infus
Terkadang sebagai perawat, menghitung tetesan perawat lebih sering dilakukan dengan ilmu kirologi, walaupun ada beberapa yang tepat, namun tak banyak juga yang benar-benar meleset jauh, karena kondisi pasien tak bisa semua modal kirologi, beberapa penyakit gagal organ akan sangat berdampak buruk akibat kelebihn cairan yang kita berikan. Sambil mereview lagi, mari kita hitung rumus tetesan infuse
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah:
Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam, maka jumlah tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000 / 240 = 41,7 = 42 tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik aja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro, biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan pasien jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)

2. Rumus Rumpleed test
Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya ptekee (bintik merah pada penderita DBD), pte
kee muncul akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh karena itu tujuan rumpled test adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole + Diastole) / 2, lalu tahan 5 – 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 + 80)/2 = 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100 mmHg, kita tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 – 10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.

3. Rumus Kebutuhan Cairan
Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10 kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg, maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah 1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari

4. Rumus luas Luka Bakar
Rumus luas luka bakar memang terkadang membuat kita harus lebih mengerutkan dahi, karena memang sulit-sulit gampang dalam penerapannya. Rumus pada bayi menggunakan rumus 10 – 20 %, jika tangan dan kaki yang terkena maka 10 %, jika kepala, leher dan badan depan dan belakang maka 20 %. Untuk dewasa
menggunakan rumus Rule of Nine yang digambarkan sebagai berikut:


5. Rumus Body mass index (BMI)
Body Mass Index dicari menggunakan rumus BB (Kg) / TB2 (m)
Underweight :
Kurang dari 18.5
Normal : 18.5 - 24.9
Overweight/pre-obes : 25.0 - 29.9
Obes I : 30-34.9
Obes II : 35-39.9
Obes III: lebih dari atau sama dengan 40

Sabtu, 21 Januari 2012

Luka dan perawatan modern

LUKA DAN PERAWATANNYA
A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
B. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang
tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt).
Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi
luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka
akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi
nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya
mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi
tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan
epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis
sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Luka dan Perawatannya
3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
Gambat luka akut
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen dan endogen.
Gambat luka kronis
C. Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal
yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya
pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan
dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu
untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas
dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan
jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu: (1)
Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya
kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, (2) Respon tubuh pada luka lebih
efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, (3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma,
(4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa
membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari
mikroorganisme, dan (6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari
benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga
berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian
perdarahan) akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan
matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga
dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel
berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh
dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme
Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler
digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah
yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan
pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit
bengkak.
Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah
interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama
lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan
faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir
pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah
pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke
daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi
luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari
luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka
sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan
penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka.
Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang
memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan
kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi
jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah
pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya ,
menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan
elastisitas dan meninggalkan garis putih.
Menurut Taylor (1997):
a. Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4
pasca operasi. Dua tahap dalam fase ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai
tekanan yang besar, luka menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya
suatu konstriksi pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka.
Diikuti vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka yang
dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan bakteri dan
debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel fagosit ( makrofag)
masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor angiogenesis yang merangsang
pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh luka sehingga pembentukan kembali
dapat terjadi.
b. Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara
cepat mensintesis kolagen dan substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapislapis
perbaikan luka. Sebuah lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan
aliran darah ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka (kapilarisasi
tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan, adanya pembuluh darah,
kemerahan dan mudah berdarah.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai hari ke-21 dan dapat berlanjut selama
1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen yang ditimbun dalam luka diubah, membuat
penyembuhan luka lebih kuat dan lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu,
menekan pembuluh darah dalam penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi
rata, tipis dan garis putih.
Menurut Potter (1998):
a. Devensive / Tahap Inflamatory

Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-
6 hari. Tahap ini terbagi atas Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah
putih di luka. Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh darah,
membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah matriks
fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory adalah
saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler plasma
menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka. Sampainya sel darah putih
di luka melalui suatu proses, neutrophils membunuh bakteri dan debris yang
kemudian mati dalam beberapa hari dan meninggalkan eksudat yang menyerang
bakteri dan membantu perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya
makrofag membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan
luka dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak
dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
b. Reconstruksion / Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut
selama 2 – 3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan
asam amino pada jaringan kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan
integritas luka. Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
c. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas
luka merekat kuat.
E. Faktor yang Mempengaruhi Luka
1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit
kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien
kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah
pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan
penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh
darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak
lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah
perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang
menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap
diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar
hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya
suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin,
jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang
kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada
bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari
balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,
nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan
protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan
luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat
seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab
kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak
akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
F. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan
jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah
balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan
dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya
pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,
,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi,
mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 –
5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan
eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres
dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah
luka.
G. Perkembangan Perawatan Luka
Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan
membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak
tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya
menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter
(1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat
daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi
epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini
merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab
tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan
le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000).
Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke
pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka
dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi
perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,
melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik
hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk
membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti
povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan
luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan
sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium
klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996)
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi
luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit
menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau
beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup
selama 7 – 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase
mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau
lebih.
8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas
luka menunjukkan pembentukan kelloid.
H. Tujuan Perawatan Luka
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
1. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan
ini tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan
untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium klorida
mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel
darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam beberapa konsentrasi,
yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah konsentrasi normal dari
sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley &
Aucker, 1999). Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi
granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu
luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/)
2. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang
dikombinasi dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna
hitam kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air,
tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide encer.
Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora tergantung konsentrasi dan
waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999). Larutan ini akan melepaskan iodium
anorganik bila kontak dengan kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor
dan terinfeksi bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini
agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan
bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine
dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan
nampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit
dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker, 1999).

MERAWAT LUKA
A. Pengertian
Merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit
B. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
C. Persiapan alat
1. Set steril yang terdiri atas :
a. Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
c. Tempat untuk larutan
d. Larutan anti septic
e. 2 pasang pinset
f. Gaas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
Luka dan Perawatannya

D. Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah
luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi
tempat tidur.
6. Angkat plester atau pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah
luka. Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan
sarung tangan jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan
drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset,
satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan
dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan
dengan anti septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.
Gunakan satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka
kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan plester atau pembalut
19. Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan
buang sampah dengan baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung
jawab. Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.
Membersihkan Daerah Drain
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke
daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan
daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi
dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain.
Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
Daftar Pustaka
1. Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.
2. Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.
3. Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.
4. Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.
5. Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.
6. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah,
EGC Jakarta 2000.
7. Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.
8. Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.
9. Zachary CB, Basic Cutaneous Surgery, A Primer in Technique, Churchill Livingstone,
London GB, 1990.

Download MARS PPNI

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons